DARI sekian banyak pemain berstatus bad boy di lapangan hijau, Caniggia mungkin salah satu yang terbaik di masanya. Dengan penampilan "urakan", rambut gondrong tidak rapih dan gaya hidup yang liar, pemain bernama lengkap Claudio Paul Caniggia tersebut sering menjadi sorotan media.
Tapi siapa yang menyangka, di balik sikapnya tersebut, Caniggia justru menjadi sosok penting bagi skuad Argentina di Piala Dunia 1990 Italia. Lewat dua gol yang dicetaknya di turnamen tersebut, Argentina sukses melaju sampai ke final. Bahkan, dua gol tersebut dicetaknya ke gawang dua tim terbaik, Brasil dan Italia.
Berposisi sebagai penyerang sayap, Caniggia terkenal dengan kecepatannya. Maklum, sebelum berkarier sebagai pesepakbola, pemain kelahiran Henderson, Buenos Aires, 9 Januari 1967 ini merupakan atlet lari 100 meter di tingkat provinsi. Salah satu aksi bagaimana kecepatannya melakukan dribbling adalah saat laga pembuka Piala Dunia 1990 melawan Kamerun. Mendapat bola dari luar kotak penalti, Caniggia melakukan solo run dengan melewati sejumlah pemain Kamerun sebelum akhirnya dilanggar keras oleh Benjamin massing di dekat kotak penalti Kamerun. Akibatnya, wasit pun mengeluarkan kartu merah untuk Benjamin massing.
Salah satu aksi hebat Caniggia di gelaran Piala Dunia 1990 lainhnya adalah ketika dia mencetak gol kemenangan Argentina di babak perdelapan final. Menerima umpan terobosan dari Maradona yang menggiring bola dari tengah lapangan, Caniggia yang bebas tak terkawal sukses mengelabui kiper Brasil Claudio Taffarel untuk kemudian mencetak gol lewat tendangan kaki kirinya di menit ke-82. Brasil pun harus angkat koper di awal turnamen.
Caniggia kembali menjadi sosok penting bagi Argentina di Piala Dunia 1990 ini kala mereka melaju ke babak semifinal. Di saat Maradona yang saat itu tengah di masa jayanya tidak bisa berbuat banyak, Caniggia justru tampil menjadi pahlawan. Bermain di Stadion San Paolo, Napoli, yang justru lebih banyak pendukung Argentina, Italia sukses mencetak gol lewat Salvatore Schillaci di menit ke-17.
Maradona yang kala itu berstatus pemain Napoli pun tidak bisa berbuat banyak. Meski didukung para penonton yang sudah mengangapnya sebagai dewa, Maradona kesulitan untuk membobol gawang Italia, negara tempatnya mencari nafkah. Berkali-kali, usaha yang dilakukan pemain yang baru saja memberi gelar Serie A untuk Napoli tersebut selalu berhasil dimentahkan Walter Zenga yang dilindungi bek-bek tangguh Italia seperti Franco Baresi dan Giuseppe Bergomi.
Caniggia kemudian tampil menjadi pahlawan di menit ke-67. Mendapat umpan lambung dari sisi kanan pertahanan Italia, Caniggia menyambutnya dengan sundulan. Memenangkan duel dengan Walter Zenga, Caniggia membuat gol untuk mengubah skor menjadi imbang 1-1.
Hingga waktu normal dan babak perpanjangan waktu berakhir, Italia yang terus membombardir gawang Argentina tak mampu membuat gol tambahan. Laga pun dilanjutkan dengan adu penalti. Di babak ini Argentina menang 4-3 dan lolos ke final. Namun sayangnya Caniggia tidak bisa tampil karena akumulasi kartu kuning.
Namun selayaknya seorang bad boy, meski memiliki kemampuan hebat, perjalanan karier Caniggia selalu dihiasi dengan kontroversi. Hukuman dan juga tingkah-tingkah aneh "Si Gondrong" ini selalu berjalan seiring dengan berita kehebatannya di lapangan hijau. Tahun 1993 misalnya, pemain yang pernah merumput di sejumlah klub Eropa ini terkena larangan bermain selama 13 bulan karena kokain. Belum lagi kehidupan pribadinya. Di musim 1996-97 Caniggia pernah absen dari sepak bola karena sangat berduka dengan kepergian ibunya yang secara tragis, yaitu lompat dari lantai lima apartemennya pada September 1996.
Di Piala Dunia 1998, Caniggia bahkan terpaksa dicoret dari skuat Argentina gara-gara membangkang perintah sang pelatih saat itu Daniel Passarella, yaitu untuk memotong rambut gondrongnya. Passarella beranggapan, di skuatnya, semua pemain harus patuh kepadanya. Bukan hanya soal disiplin, tapi juga soal penampilan.
Dan seperti sudah diketahui, Caniggia pun menolah perintah Passarella. Namanya pun absen di Piala Dunia di Prancis tersebut.
Caniggia baru kembali masuk skuat Argentina di Piala Dunia 2002 ketika Tim Tango dipegang oleh Marcelo Bielsa. Namun di Piala Dunia 2002 pun Caniggia tidak bermain karena mendapat kartu merah saat duduk di bangku cadangan.
Dari sekian kontroversi, mungkin persahabatan eratnya dengan Maradona yang paling menjadi sorotan. Bagaimana tidak, saking eratnya persahabatan, keduanya tidak sungkan melakukan aksi gila di lapangan usai mencetak gol. Siapapun yang mencetak gol, baik Caniggia maupun Maradona langsung merayakannya dengan saling berciuman di bibir. Edan !!!
Bahkan istri Caniggia, Mariana Nannis, pada waktu itu sempat berpikir kalau Maradona jatuh cinta kepada suaminya. "Pada saat itu saya percaya Diego (Maradona) jatuh cinta dengan suami saya," tutur Mariana Nannis yang merupakan seorang model.
Untuk urusan ketenaran, dari sekian banyak bintang Argentina, nama Caniggia mungkin kalah dengan Diego Maradona, Gabriel Batistua, atau bahkan dengan Lionel Messi. Namun dengan catatan prestasinya di lapangan hijau, nama Caniggia bisa disejajarkan dengan legenda-legenda Argentina lainnya. Sosok urakan, susah diatur dan oposisi memang melekat di diri Caniggia, namun di diri pemain yang pensiun pada 2005 inilah, dunia sepak bola menjadi lebih berwarna.
Sepak bola bukan hanya soal Messi dan Kaka yang sangat religius. Bukan juga soal Cristiano Ronaldo atau David Beckham yang menjadi pujaan wanita-wanita. Namun juga soal pemberontakan di luar pakem-pakem sepak bola seperti yang ditunjukkan sang legenda Atalanta, AS Roma dan Glasgow Rangers tersebut.
Tapi siapa yang menyangka, di balik sikapnya tersebut, Caniggia justru menjadi sosok penting bagi skuad Argentina di Piala Dunia 1990 Italia. Lewat dua gol yang dicetaknya di turnamen tersebut, Argentina sukses melaju sampai ke final. Bahkan, dua gol tersebut dicetaknya ke gawang dua tim terbaik, Brasil dan Italia.
Berposisi sebagai penyerang sayap, Caniggia terkenal dengan kecepatannya. Maklum, sebelum berkarier sebagai pesepakbola, pemain kelahiran Henderson, Buenos Aires, 9 Januari 1967 ini merupakan atlet lari 100 meter di tingkat provinsi. Salah satu aksi bagaimana kecepatannya melakukan dribbling adalah saat laga pembuka Piala Dunia 1990 melawan Kamerun. Mendapat bola dari luar kotak penalti, Caniggia melakukan solo run dengan melewati sejumlah pemain Kamerun sebelum akhirnya dilanggar keras oleh Benjamin massing di dekat kotak penalti Kamerun. Akibatnya, wasit pun mengeluarkan kartu merah untuk Benjamin massing.
Salah satu aksi hebat Caniggia di gelaran Piala Dunia 1990 lainhnya adalah ketika dia mencetak gol kemenangan Argentina di babak perdelapan final. Menerima umpan terobosan dari Maradona yang menggiring bola dari tengah lapangan, Caniggia yang bebas tak terkawal sukses mengelabui kiper Brasil Claudio Taffarel untuk kemudian mencetak gol lewat tendangan kaki kirinya di menit ke-82. Brasil pun harus angkat koper di awal turnamen.
Caniggia kembali menjadi sosok penting bagi Argentina di Piala Dunia 1990 ini kala mereka melaju ke babak semifinal. Di saat Maradona yang saat itu tengah di masa jayanya tidak bisa berbuat banyak, Caniggia justru tampil menjadi pahlawan. Bermain di Stadion San Paolo, Napoli, yang justru lebih banyak pendukung Argentina, Italia sukses mencetak gol lewat Salvatore Schillaci di menit ke-17.
Maradona yang kala itu berstatus pemain Napoli pun tidak bisa berbuat banyak. Meski didukung para penonton yang sudah mengangapnya sebagai dewa, Maradona kesulitan untuk membobol gawang Italia, negara tempatnya mencari nafkah. Berkali-kali, usaha yang dilakukan pemain yang baru saja memberi gelar Serie A untuk Napoli tersebut selalu berhasil dimentahkan Walter Zenga yang dilindungi bek-bek tangguh Italia seperti Franco Baresi dan Giuseppe Bergomi.
Caniggia kemudian tampil menjadi pahlawan di menit ke-67. Mendapat umpan lambung dari sisi kanan pertahanan Italia, Caniggia menyambutnya dengan sundulan. Memenangkan duel dengan Walter Zenga, Caniggia membuat gol untuk mengubah skor menjadi imbang 1-1.
Hingga waktu normal dan babak perpanjangan waktu berakhir, Italia yang terus membombardir gawang Argentina tak mampu membuat gol tambahan. Laga pun dilanjutkan dengan adu penalti. Di babak ini Argentina menang 4-3 dan lolos ke final. Namun sayangnya Caniggia tidak bisa tampil karena akumulasi kartu kuning.
Namun selayaknya seorang bad boy, meski memiliki kemampuan hebat, perjalanan karier Caniggia selalu dihiasi dengan kontroversi. Hukuman dan juga tingkah-tingkah aneh "Si Gondrong" ini selalu berjalan seiring dengan berita kehebatannya di lapangan hijau. Tahun 1993 misalnya, pemain yang pernah merumput di sejumlah klub Eropa ini terkena larangan bermain selama 13 bulan karena kokain. Belum lagi kehidupan pribadinya. Di musim 1996-97 Caniggia pernah absen dari sepak bola karena sangat berduka dengan kepergian ibunya yang secara tragis, yaitu lompat dari lantai lima apartemennya pada September 1996.
Di Piala Dunia 1998, Caniggia bahkan terpaksa dicoret dari skuat Argentina gara-gara membangkang perintah sang pelatih saat itu Daniel Passarella, yaitu untuk memotong rambut gondrongnya. Passarella beranggapan, di skuatnya, semua pemain harus patuh kepadanya. Bukan hanya soal disiplin, tapi juga soal penampilan.
Dan seperti sudah diketahui, Caniggia pun menolah perintah Passarella. Namanya pun absen di Piala Dunia di Prancis tersebut.
Caniggia baru kembali masuk skuat Argentina di Piala Dunia 2002 ketika Tim Tango dipegang oleh Marcelo Bielsa. Namun di Piala Dunia 2002 pun Caniggia tidak bermain karena mendapat kartu merah saat duduk di bangku cadangan.
Dari sekian kontroversi, mungkin persahabatan eratnya dengan Maradona yang paling menjadi sorotan. Bagaimana tidak, saking eratnya persahabatan, keduanya tidak sungkan melakukan aksi gila di lapangan usai mencetak gol. Siapapun yang mencetak gol, baik Caniggia maupun Maradona langsung merayakannya dengan saling berciuman di bibir. Edan !!!
Bahkan istri Caniggia, Mariana Nannis, pada waktu itu sempat berpikir kalau Maradona jatuh cinta kepada suaminya. "Pada saat itu saya percaya Diego (Maradona) jatuh cinta dengan suami saya," tutur Mariana Nannis yang merupakan seorang model.
Untuk urusan ketenaran, dari sekian banyak bintang Argentina, nama Caniggia mungkin kalah dengan Diego Maradona, Gabriel Batistua, atau bahkan dengan Lionel Messi. Namun dengan catatan prestasinya di lapangan hijau, nama Caniggia bisa disejajarkan dengan legenda-legenda Argentina lainnya. Sosok urakan, susah diatur dan oposisi memang melekat di diri Caniggia, namun di diri pemain yang pensiun pada 2005 inilah, dunia sepak bola menjadi lebih berwarna.
Sepak bola bukan hanya soal Messi dan Kaka yang sangat religius. Bukan juga soal Cristiano Ronaldo atau David Beckham yang menjadi pujaan wanita-wanita. Namun juga soal pemberontakan di luar pakem-pakem sepak bola seperti yang ditunjukkan sang legenda Atalanta, AS Roma dan Glasgow Rangers tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar